Baiklahpemirsa pengunjung blog terjemah kitab Durratun Nashihin yang saya muliakan, kali ini saya akan membahas tentang kedudukan orang yang berilmu, banyak sekali hadits yang berkenaan dengan keutamaan orang yang berilmu salah satunya adalah sesuai sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi" fadllul 'alim 'alal 'abid ka fadllii 'ala adnaakum" yang artinya: " keutamaan Orang alim atas seorang ahli ibadah seperti keutamaan saya atas seseorang yang paling rendah diantara kamu"
Menuntut Ilmu merupakan salah satu upaya manusia untuk menambah ilmu pengetahuan. Dalam agama Islam, belajar atau mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap umat Islam. Menuntut ilmu bernilai ibadah bila diniatkan dan lakukan dengan benar sesuai syari’at Islam, sehingga tidak salah orang berilmu akan memiliki keutamaan dan kemuliaan yang begitu banyaknya. Dengan ilmu juga seseorang akan bisa melakukan segala sesuatu hal dengan mudah. Misalnya ibadah, seseorang tidak akan merasa bingung dengan cara beribadah jika ia mengetahui ilmunya, begitupun hal nya dengan melakukan pekerjaan lain. Berikut keutamaan-keutamaan orang yang berilmu Menurut Islam dan dalilnya Pertama, Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda “Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” HR. Muslim Penjelasan dari hadits tersebut adalah bahwa orang-orang Islam yang berilmu akan dimudahkan oleh Allah dalam menuju surga dikarenakan dengan Ilmunya. Hadits tersebut dapat kita lihat, bahwa ilmu sangatlah penting bagi umat muslim dan memiliki manfaat dalam kehidupan dunia juga akhirat. Kedua, Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal. Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak yang sholeh atau sholehah.” HR. Muslim Ilmu yang mengandung kebaikan yang diajarkan oleh seseorang kepada orang lain, kelak ilmu itu akan mengalirkan pahala kepada orang yang mengajarkan meskipun ia sudah meninggal dunia. Ketiga, Diangkat derajatnya oleh Allah Ta’ala. Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Mujadilah 11. Keempat, Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Dalam surat Az-zumar ayat 9 Allah berfirman اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ ࣖ “Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” Dari beberapa keutamaan diatas dapat disimpulkan bahwa Islam menempatkan orang-orang berilmu dalam posisi yang tinggi, tentunya bagi mereka yang memanfaatkan ilmunya untuk hal yang baik, dan Islam menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu untuk semakin tahu dan taat kepada Allah Ta’ala. Wallahu a’lam bishowab. Shabirin
Kedudukanorang berilmu yaitu : 1. Terbebas dari kebinasaan. 2. Diangkat derajatnya. 3. Memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. 4. Dijauhkan dari pemimpin yang bodoh. Mari kita simak pembahasan berikut.
Makalah Tafsir Tarbawi Kedudukan Orang Berilmu Surat Al-Imran Ayat 18 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Tidak lupa sholawat serta salam akan tetaptercurahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Dan sungguh berkat limpahan rahmat -Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih layak untuk dibaca, dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak. Atas perhatiannya penulis menyampaikan terima kasih. PENDAHULUAN Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia disamping hadits-hadits nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Didalam Al qur’an, kata ilmu digunakan lebih dari 780 kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari al-Qur’an sangat kental dengan nuansanuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam. Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an yang artinya ”Allah meninggikan beberapa derajat tingkatan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu diberi ilmu pengetahuan dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Ketinggian itu bukan saja karena nilai ilmu yang dimilikinya, tetapi juga karena amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, atau tulisan maupun dengan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu, dan ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya. Jika umat Islam menyadari dan memegang teguh ajaran agamanya untuk menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, maka pasti dapat diraih kembali puncak kejayaan Islam sebagaimana catatan sejarah di abad awal Hijrah hingga abad ke dua belas Hijrah, dimana umat dan Negara- negara Islam menjadi pusat peradaban dunia. PEMBAHASAN Kedudukan Orang Berilmu QS. Ali Imran ayat 18 ١٨ حشكهحد الل ل حزه أ حن ل حزه حلا إكل لححه إك ل حلا زهحو حوال لحمحلائكك حزة حوزأوزلو ال لكعل لمك حقائكمما كبال لكقلسكط حلا إكل لححه إك ل حلا زهحو ال لحعكزيزز ال لححككيم Artinya “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Penjelasan Tafsir Tafsir Al-Maraghi حشكهحد الل ل حزه أ حن ل حزه حلا إكل لححه إك ل حلا زهحو حوال لحمحلائكك حزة حوزأوزلو ال لكعل لمك حقائكمما كبال لكقلسكط Allah SWT menjelaskan tentang wahdaniyat Allah, dengan menegakkan bukti-bukti kejadian yang berada di cakrawala luas, dalam diri mereka, dan menurunkan ayat-ayat tasyri’ yang mencerminkan hal tersebut. Para malaikat memberitakan kepada para Rasul tentang hal ini, kemudian mereka menyaksikan dengan kesaksian yang diperkuat ilmu darury. Hal ini menurut para Nabi lebih kuat dari semua keyakinan. Orang-orang yang berilmu telah memberitakan tentang kesaksian ini, menjelaskan dan menyaksikannya dengan kesaksian yang disertai dalil dan bukti. Sebab, orang yang mengetahui sesuatu tidak membutuhkan hujjah lagi untuk mengetahuinya. Makna Al-Qistu, artinya dengan keadilan dalam akidah. Ketauhidan adalah pertengahan antara inkar dan syirik terhadap Tuhan. Berlaku adil dalam hal ibadah, akhlak dan amal adalah adanya keseimbangan antara kekuatan rohaniyah dan jasmaniyah. Sebagai perwujudannya adalah adalah berlaku syukur dengan menjalankan shalat dan dan beribadah lainnya guna meningkatkan rohani, membersihkan jiwa dan memperbolehkan dirinya hal-hal yang banyak dari kebaikan rizki, untuk memelihara dan mengurus badan. Juga berlaku adil dalam melaksanakan hukum-hukum-Nya, seperti firman Allah ححساكن ا ك لحن ا ح ل ي حأ ل زمزر كبالحعلد كل حوا للك ل “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan....” An-Nahl 90 Allah SWT telah menjadikan sunnah penciptaan ini berdasarkan asas keadilan. Karenanya siapa saja memikirkan sunnah dan tatanan yang teliti ini akan tampak pada dirinya keadilan Allah dalam bentuk yang paling sempurna dan jelas. Kekuasaan Allah SWT yang berdasarkan keadilan, semuanya merupakanbukti kebenaran kesaksian-Nya. Sebab, adanya kesatuan tatanan sistem alam semesta ini menunjukkan kesatuan penatanya Penciptanya. Sifat Perkasa mengisyaratkan pada kesempurnaan kekuasaan dan sifat kebijaksanaan mengisyaratkan adanya kesempurnaan pengetahuan. Kekuasaan ini tidaklah sempurna kecuali jika menyendiri dan bebas. Dan keadilah itu tidaklah sempurna kecuali jika meliputi semua kemaslahatan dan kondisi. Maka, yang bersifat seperti itu tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkan terhadap apa yang telah ia tegakkan, yakni sunnah keadilan dan tidak ada sesuatu pun dari penciptaan yang bisa keluar dari kebijaksanaan yang sempurna Tafsir Al-Azhar "Allah telah menjelaskan bahwa tiada Tuhan selain Dia."pangkal ayat 18.Syahida diartikan menjelaskan. Dengan segala amal ciptaanNya ini, pada langit dan bumi, pada lautan dan daratan, pada tumbuh-tumbuhan dan binatang, dan segala semat-semesta, Tuhan Allah telah menjelaskan bahwa hanya Dia yang Tuhan, hanya Dia yang mengatur. Maka segala yang ada ini adalah penjelasan atau kesaksian dari Tuhan, menunjukkan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah."Demikianpun malaikat"dalam keadaan mereka yang ghaib itu; semuanya telah menyaksikan, telah memberikan syahadah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Sebab Malaikat adalah sesuatu kekuatan yang telah diperintahkan oleh Tuhan melaksanakan perintahNya, dan taat patuh setialah mereka menjalankan perintah itu. Kita tidak dapat melihat malaikat dalam bentuk rupanya yang asli, tetapi kita dapat merasakan adanya. Di antara malaikat itu ialah Jibril yang diperintahkan Tuhan menyampaikan wahyu kepada Nabi kita Muhammad saw dan wahyu itu telah tercatat menjadi al-Qur'an dan al-Qur'an telah terkumpul menjadi mushhaf. Oleh sebab itu di dalam tangan kita sendiri kita telah mendapat salah satu bekas syahadah dari malaikat. "Danorang-orang yang berilmu"pun telah menyampaikan syahadahnya pula, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Bertambah mendalam ilmu, bertambah menjadi kesaksianlah dia bahwa alam ini ada bertuhan dan Tuhan itu hanya satu, yaitu Allah dan tidak ada Tuhan yang lain, sebab yang lain adalah makhlukNya belaka. "Bahwa Dia berdiri dengan keadilan", yakni setelah Allah menyaksikan dengan qudrat-iradatNya, dan malaikat menyaksikan dengan ketaatannya, dan manusia yang berilmu menyaksikan dengan penyelidikan akalnya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, maka timbul pulalah kesaksian bahwa Tuhan Allah itu berdiri dengan keadilan. Bahwa Tuhan mencipta alam dengan perseimbangan dan Tuhan menurunkan perintahNya dengan adil, serta seimbang. Adil ciptaan-Nya atas seluruh alam, sehingga manusia berjalan dengan teratur, tidak lain adalah karena adil pertimbangannya. Adil pula perintah dan syariat yang diturunkan-Nya, sehingga seimbang dunia dengan akhirat, rohani dengan jasmani. Kata qisthi mengandung akan maksud adil, seimbang, setimbang; semuanya bisa kita dapati di mana-mana dengan teropong ilmu pengetahuan. "Tidaklah ada Tuhan selain Dia. Maha gagah lagi Bijaksana."ujung ayat 18. Hendaklah menarik perhatian kita tentang kedudukan mulia yang diberikan Tuhan kepada Ulil-ilmi, yaitu orang-orang yang mempunyai ilmu di dalam ayat ini. Setelah Tuhan 1 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang PT. Karya Toha Putra, 1987, hlm. 206-208. menyatakan kesaksianNya yang tertinggi sekali, bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan kesaksian itu datang dari Allah sendiri, maka Tuhan pun menyatakan pula bahwa kesaksian tertinggi itupun diberikan oleh malaikat. Setelah itu kesaksian itupun diberikan pula oleh orang-orang yang berilmu. Artinya, tiap-tiap orang yang berilmu, yaitu orang-orang yang menyediakan akal dan pikirannya buat menyelidiki keadaan alam ini, baik di bumi ataupun di langit, di laut dan di darat, di binatang dan di tumbuh-tumbuhan, niscaya manusia itu akhirnya akan sampai juga, tidak dapat tidak, kepada kesaksian yang murni, bahwa memang tidak ada Tuhan melainkan Allah. Itulah pula sebabnya maka di dalam surat Fathir surat 35 ayat 28 tersebut, bahwa yang bisa merasai takut kepada Allah itu hanyalah ulama, yaitu ahliahli ilmu pengetahuan. Imam Ghazali di dalam kitab al-Ilmi dan di dalam kitabnyaIhya Ulumuddin telah memahkotai karangannya itu ketika memuji martabat ilmu bahwa ahli ilmu yang sejati telah diangkat Tuhan dengan ayat ini kepada martabat yang tinggi sekali, yaitu ke dekat Allah dan ke dekat malaikat. Itulah kesan yang timbul kembali, meyakinkan kesan yang pertama tadi demi setelah memperhatikan pendirian Tuhan Allah dengan keadilan itu. Pada dua nama, Aziz dan Hakim, gagah dan bijaksana, terdapat lagi keadilan. Tuhan Allah itu Gagah Perkasa, hukum-Nya keras, teguh dan penuh disiplin. Tetapi dalam kegagah-perkasaan itu, diimbangiNya lagi dengan sifatNya yang lain, yaitu Bijaksana. Sehingga tidak pernah Allah berlaku sewenangwenang karena kegagah-perkasaanNya dan tidak pernah pula bersikap lemah karena kebijaksanaanNya. Di antara gagah dan bijaksana itulah terletak Tafsir Al-Mishbah Kata حشكهحدsyahida yang diatas diterjemahkan dengan menyaksikan, mengandung banyak arti, antara melihat, megetahui, menghadiri, dan menyaksikan, baik dengan mata kepala maupun dengan mata hati. Seorang saksi adalah yang menyampaikan kesaksian di pengadilan atas dasar pengetahuan yang diperolehnya, kesaksian mata atau hati. Dari sini kata menyaksikan di atas dipahami dalam arti menjelaskan dan menerangkan kepada seluruh makhluk. Allah menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan itu merupakan kesaksian diri-Nya terhadap diri-Nya. Kesaksian yang sangat kukuh untuk meyakinkan semua pihak tentang kewajaran-Nya untuk disembah dan diandalkan. Allah menyaksikan diri-Nya Maha Esa, Tiada Tuhan selain Dia. Keesaan itu pun disaksikan oleh para malaikat dan orang-orang yang berilmu, dan masing-masing; yakni Allah, malaikat, dan orang-orang yang berpengetahuan, secara berdiri sendiri menegaskan bahwa kesaksian yang mereka lakukan itu adalahberdasarkan keadilan. Makna ini yang dipahami oleh sementara ulama sebagai arti حقائكمما كبال لكقلسكطqa’iman bi al-qisth, yang redaksinya berbentuk tunggal. Tentu saja tidak menunjuk kepada Allah, malaikat, dan orang-orang yang berilmu; ketiganya sekaligus. Ada juga yang menjadikan kata qa’im bi al-qisthitu sebagai penjelasan tentang keadaan Allah SWT, dalam arti tidak ada yang dapat menyaksikan Allah 2 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al Azhar Juz III Edisi Revisi, Jakarta Pustaka Panjimas, 2003, hlm. 178-180. dengan penyaksian yang adil, yang sesuai dengan keagungan dan keesaan-Nya kecuali Allah sendiri, karena hanya Allah yang mengetahui secara sempurna siapa Allah. “Ketuhanan adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh Allah, maka tidak akan ada satupun yang mengenalNya kecuali diri-Nya sendiri. Allah Qa’iman bi al-qisth, menegakkan keadilan yang memuaskan semua pihak. Dia yang menciptakan mereka dan menganugerahkan aneka anugerah. Jika ini diberi kelebihan rezeki materi, maka ada rezeki yang lain yang tidak diberikannya. Setelah menegaskan bahwa Dia melaksanakan segala sesuatu dialam raya ini berdasar keadilan yang menyenangkan semua pihak, maka kesaksian terdahulu diulangi sekali lagi,Tiada Tuhan melainkan Dia. Hanya saja kalau kesaksian pertama bersifat kesaksian ilmiah yang berdasarkan dalil-dalil yang tak terbantah, maka kali kedua ini adalah kesaksian faktual yang dilihat dalam kenyataan oleh Allah, para malaikat dan orang-orang yang berpengetahuan. Itu terlaksana secara faktual, karenaDia Yang Maha Perkasa, sehingga tidak satupun yang dapat menghalangi atau membatalkan kehendak-Nya; lagi Maha Bijaksana, sehingga segala sesuatu ditempatkan pada tempat yang 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian AlQuran, Jakarta Lentera Hati, 2002, hlm. 36-39. PENUTUP Kesimpulan Dalam ayat ini terdapat keutamaan ilmu dan ulama orang-orang berilmu, karena Allah ta'ala mengkhususkan mereka dalam penyebutan tanpa menyertakan manusia lainnya. Allah menyandingkan kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya dan kesaksian para malaikatNya, dan Allah menjadikan kesaksian mereka adalah keterangan dan dalil yang paling besar atas ketauhidan-Nya, Agama-Nya dan pembalasan-Nya. Seorang yang mukallaf wajib menerima kesaksian yang adil lagi benar tersebut, dan termasuk diantara kandungannya adalah membenarkan mereka, bahwa para makhluk mengikuti mereka dan bahwa mereka adalah para pemimpin yang diikuti. Dalam poin ini terdapat keutamaan, kemuliaan dan kedudukan yang tinggi yang tidak dapat diukur kadarnya. DAFTAR PUSTAKA Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1987. Tafsir Al-Maraghi. Semarang PT. Karya Toha Putra. Hamka. 2003. Tafsir Al Azhar Juz III Edisi Revisi. Jakarta Pustaka Panjimas. Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta Lentera Hati.
Danapabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11). Keempat, Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Dalam surat Az-zumar ayat 9 Allah berfirman :
Kesabaran dalam Menuntut Ilmu Ilustrasi/Hidayatuna Yogyakarta – Islam sangat menghargai orang yang mencari ilmu karena Allah pun akan meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu. Allah Swt. berfirman dalam Alquranيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” al-Mujadilah ayat 11Benar-benar mulia kedudukan orang yang berilmu dalam Islam. Bagi orang berilmu, Allah juga telah mempersiapkan surga. Hal ini sebagaimana sabda Nabi saw“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” HR. MuslimSemoga semangat mencari ilmu yang kita miliki mewarisi para Sahabat wanita di masa Nabi, sebagaimana dikutip dari lama status Facebook Kiai Ma’ruf Khozin dalam hadis berikut iniﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺨﺪﺭﻱ ﻗﺎﻟﺖ اﻟﻨﺴﺎء ﻟﻠﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻏﻠﺒﻨﺎ ﻋﻠﻴﻚ اﻟﺮﺟﺎﻝ، ﻓﺎﺟﻌﻞ ﻟﻨﺎ ﻳﻮﻣﺎ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻚ، ﻓﻮﻋﺪﻫﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻟﻘﻴﻬﻦ ﻓﻴﻪ، ﻓﻮﻋﻈﻬﻦ ﻭﺃﻣﺮﻫﻦDari Abu Sa’id Al Khudri bahwa para wanita bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi wa sallam“Kami dikalahkan oleh laki-laki terhadapmu. Jadikanlah 1 hari anda untuk kami”, kemudian Nabi menjadikan 1 hari untuk para wanita, Nabi memberi wejangan dan perintah kepada sahabat perempuan.” HR. Bukhariﻭﻗﺎﻟﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻧﻌﻢ النساء ﻧﺴﺎء اﻷﻧﺼﺎﺭ ﻟﻢ ﻳﻤﻨﻌﻬﻦ اﻟﺤﻴﺎء ﺃﻥ ﻳﺘﻔﻘﻬﻦ ﻓﻲ اﻟﺪﻳﻦ»Aisyh berkata “Sebaik-baik perempuan adalah perempuan Sahabat Ansor. Mereka tidak malu belajar agama.” Sahih Bukhari secara muallaqBegitu mulianya kedudukan orang berilmu sehingga umat Muslim pun sangat dianjurkan untuk mencari ilmu dan mengamalkannya dalam demikian kedudukan Anda bukan sekadar mulia di hadapan Sang pencipta, akan tetapi juga di mata sosial atau manusia lainnya. Wallahu’alam. []Kedudukanorang yang berilmu, orang yang taat berbeda dengan mereka yang tidak berilmu (bodoh) dan berada dalam kemaksiatan. Ayat di atas menyiratkan bahwa orang yang menghabiskan waktunya untuk berbuat taat kepada Allah dengan berbagai bentuk ketaatann didasarkan pada ilmu tidak sama dengan mereka yang hanya menuruti hawa nafsunya. rizkahanapratiiwi rizkahanapratiiwi B. Arab Sekolah Menengah Atas terjawab Iklan Iklan Syubbana Syubbana 1 Allah membezakan dan mengangkat darjat orang yang berilmu2 Orang yang berilmu sentiasa dijadikan rujukan3 Ilmu satu-satunya warisan Nabi4 Beramal dengan cara betul dan ditakuti syaitan5 Orang yang berilmu mendapat kebaikan Iklan Iklan adinda237 adinda237 1. akan ditingkatkan derajatnya2. niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu Iklan Iklan Pertanyaan baru di B. Arab pertanyaan tentang zakat maalmohon bantuannya nya kak 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan fiqh? dan apa itu "fiqh ibadah" secara lughat dan istilah serta pembagiannya! dan juga pembagian dalam ibadah it … u sendiri!2. Jelaskan mengapa orang yang berpuasa tidak diperbolehkan jima' disiang hari pada saat melaksanakan ibadah puasa dan apa dasarnya? seandainya terjadi jima' bagi orang yang berpuasa, bagaimana cara membayar kifaratnya?3. kapan kewajiban membayar zakat emas dan perak yang dimiliki seseorang? jelaskan!4. kapan bermalam di Mina dan Muzdalifah dapat dilaksanakan pada ibadah haji? jelaskan! dan apa dalilnya?5. apa yang dimaksud dengan Dam dalam pelaksanaan ibadah haji? sebutkan pembagiannya? Kisah perjalanan hidup nabi 5. bagaimana penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan prinsip-prinsip fiqh dan ushul fiqh dapat di implementasikan dalam konteks ekonomi dan bisnis in … ternasional? 2. sejauh mana sistem ekonomi islam dapat mengatasi tantangan dan kompleksitas ekonomi global moderen? Sebelumnya Berikutnya Iklan
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Fathir [35]: 28) Dari Abu Darda' r.a. berkata: "saya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda, ' Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan jalan baginya kesurga.
Oleh NS Risno Orang berilmu, dengan yang tidak berilmu tentunya berbeda. Orang yang berilmu lebih tahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang halal dan mana yang haram. Karena itulah orang yang berilmu harus lebih baik sikapnya, lebih terpuji perangainya, lebih mulia akhlaknya dari orang yang tidak berilmu. Contoh yang paling sederhana, misalnya tentang mengucapkan salam. Orang yang berilmu tentu sangat tahu bahwa seorang muslim dengan muslim lainya itu adalah saudara, karena itulah ketika bertemu hendaknya saling mendo’akan atas keselamatanya. Yakni dengan mengucapkan salam,”Assalamu alaikum. Dan adabnya adalah yang berkendaraan memberi salam kepada yang jalan kaki. Yang jalan kaki memberi salam kepada yang duduk. Yang sedikit memberi salam kepada yang banyak. Yang muda memberi salam kepada yang tua. Dan yang masuk majlis memberi salam kepada yang sudah di majlis, begitulah akhlaqnya. Jika ada orang yang tidak tahu ilmunya tentang hal itu lalu tidak mengamalkanya, tentu wajar-wajar saja. Dan kita dapat memakluminya. Namun bagaimana jika hal yang kelihatanya sepele itu tidak diamalkan oleh orang yang sudah tahu ilmunya, mengerti adab dan paham syariat Islam. Akhlaq seseorang itu cerminan dari ilmunya. Tapi bagaimana jika ilmu yang dimiliki tidak tercermin di dalam akhlaqnya? Orang berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya, orang sudah tahu tapi tidak mau mempraktikan apa yang sudah diketahuinya. Itu artinya ilmu yang dimiliki tidak bermanfaat bagi diririnya. Apa yang sudah diketahuinya cuma mengendap di otak saja. Dosa besar orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya. Orang berilmu dengan yang tidak berilmu ketika berbuat dosa, maka yang paling berat menanggung dosa adalah orang yang berilmu. Sebab orang yang berilmu tahu bahwa apa yang dilakukanya adalah berdosa. Sementara orang yang tidak berilmu, tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan dosa. Semoga walaupun hanya sedikit ilmu yang kita miliki, kita dapat mengamalkannya sehingga bermanfaat ilmu tersebut untuk diri kita. Wallahu a’lam. []
.